Bogor, 23 Februari 2013
Sebuah mobil Xenia melaju dengan kecepatan sedang dijalanan
Bogor yang pagi itu terasa sangat sejuk. Di mobil itu terdapat supir dan tiga
orang penumpang. Berbeda dengan biasanya, kali ini semua diam. Ayah duduk
didepan dengan raut muka yang sulit diartikan. Ibu terlihat ingin
menghiburku tapi kondisiku saat itu memaksanya untuk kembali diam. Om Rusmana
sibuk menyetir mobil dalam kebisuan. Aku sendiri hanya melihat pemandangan dari
kaca jendela mobil sambil memeluk Bhowchan – boneka beruang kesayanganku –
dengan pandangan yang seolah menerawang tanpa batas.
Kali ini pepohonan gagal menghiburku. Kali ini
pemandangan sepanjang jalan Bogor-Cirebon gagal mengalihkan perhatianku. Kali
ini MP3 gagal membuat aku ikut bernyanyi. Tidak ada keceriaan yang terpancar
seperti biasanya. Tidak ada tangis. Bahkan tidak dapat aku rasakan kondisi
fisikku yang memburuk saat itu. Benarkah
aku harus mengambil jalan ini? Sebagian hatiku gembira tapi sebagian lagi
ingin kembali kesana…
***
2012 - Masih
jelas teringat olehku ketika aku mendengar kabar itu, aku berjalan setengah
berlari menuju ruang Bimbingan dan Konseling sekolahku. Saat itu pula aku
melihat namaku tertera sebagai satu-satunya siswi yang masuk Program Keahlian
Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi (PK MIJMG yang selalu disebut sebagai
PK GZI nantinya) di Program Diploma Institut Pertanian Bogor (DipIPB). Masih
aku ingat kata-kata Ayu “Kamu lebih cocok masuk
Kesehatan dibanding masuk Kependidikan.” juga kata-kata Hijah “Kamu serius mau
ambil IPB, Tan? Aku nggak percaya kamu bakal jadi Ahli Gizi nantinya, padahal kamu cocok banget jadi guru Matematika, Tan. Serius deh, setiap
aku diajarin sama kamu pasti langsung ngerti.”
Masih lekat pula dalam ingatanku ketika aku melakukan
registrasi di kampus yang berada di jalan Kumbang itu. Di pelataran gedung
megah itu, aku bersama ratusan calon mahasiswa baru (maba) lainnya yang serentak memakai kemeja putih dan
rok(P)/celana bahan(L) hitam duduk menunggu giliran registrasi. Meski berada di
tengah Kota, suasana disana cukup sunyi dan sejuk akibat banyaknya pohon yang
rindang. Aku menatap gedung itu lama. Aku takut, tapi aku harus
berjuang disini. Selamat datang dunia kampus dan selamat tinggal mimpiku...
![]() |
Jas Almamater IPB + Topi Pertanian |
Alur
registrasinya sendiri lumayan lama karena aku harus mengikuti prosedur mulai
dari pengisian berbagai formulir, menyerahkan semua persyaratan registrasi, cek
urine dan darah serta pengukuran tinggi badan dan berat badan. Memang, untuk PK
GZI yang akreditasinya terbaik di DipIPB, berat dan tinggi badan menjadi syarat mutlak. Beberapa calon
mahasiswa baru yang tidak sesuai kriteria PK GZI bahkan harus pindah ke PK lain. Saat
itu, aku berhasil lolos dengan tinggi badan 157 cm dan berat badan 40 kg. Setelah
dinyatakan lolos seleksi kriteria calon mahasiswa PK GZI, aku harus melakukan pengukuran
seragam khusus PK GZI. Seragamnya sendiri ada tiga macam. Untuk sehari-hari harus
memakai kemeja putih dan rok/celana bahan warna hitam, pada hari tertentu akan
ditambah rompi PK warna merah (untuk angkatan 49) dengan shall cantik. Ada batik yang juga beda tiap angkatanya dan baju masak untuk praktikum di Lab
Kulinari (baca dapur).
![]() |
Baju Program Keahlian (PK) GZI IPB 49 |
![]() |
Baju Masak ala Cheff |
Aku
masih ingat dengan jelas ketika aku melihat kamar kosku pertama kalinya di Kos
PM, cukup luas dan berada dilantai dua, ada jendela kecil yang jika malam tiba
aku bisa melihat bintang yang dapat menguatkan keteguhan hatiku kembali.
kamar Kosku |
Aku
berkenalan dengan Mbak Putri pertaman kali yang saat itu masih harus berada di
kamar yang juga milikku sampai wisuda. Mbak Putri itu orangnya cantik, asal
Bekasi, mahasiswi GZI yang cerdas, baik dan sangat ramah padaku. Aku juga
berkenalan dengan Mbak Icha dan Mbak Dewi yang kamarnya berada tepat disamping kiri kamar kosku. Mbak Dewi juga mahasiswi GZI, satu angkatan dengan Mbak Putri,
orang Bali yang kalau manggil aku “Dik” bukan “Dek”, cantik dan suka banget
pake dress pendek. Kalau Mbak Icha ini keliatannya agak judes, tapi ternyata
sangat perhatian dan punya badan yang mungil cantik. Well, memang nggak banyak kenangan
bersama Mbak Putri, Mbak Dewi dan Mbak Icha karena setelah wisuda mereka pindah
ke Dramaga untuk melanjutkan studi S1 melalui jalur Ekstensi IPB.
Anak Kos PM sebelum Ekstensi IPB |
Hal
yang aku syukuri pertama kali adalah fakta bahwa hidupku amat bahagia bersama
para penghuni Kos PM. Mereka adalah keluargaku, aku menyebutnya dengan sebutan “Keluarga
Kecil Bogor”. Kota Hujan menjadi Kota penuh cinta karena mereka…
1. Bude
Dodol
Bude adalah pemilik Kos yang sangat
gokil, tingkahnya cukup konyol mengingat umurnya yang sudah terbilang “Nenek-nenek”.
Nama Dodol sendiri diambil karena Bude selalu menyebut kata “Dodol”. Bude
selalu percaya diri untuk tetap tampil muda hahaha :D Bude selalu mengganggap
kami anaknya, memanggil kami dengan sebutan “Mbak” dan “Bang”. Mau memasakkan
kami makanan meski kami utang dulu (aku sangat suka nasi goreng dan sambel
buatan bude). Bagiku, Bude adalah Ibu angkatku. Bude selalu sayang aku,
mengurusku ketika aku sakit, menasehatiku ketika aku mulai menyerah, menemaniku
ketika aku bosan dan yang aku suka Bude selalu menyisir rambut panjangku setiap aku selesai
mandi.
![]() |
Aku dan Bude |
2. Pakde
Suami Bude yang sangat ramah dan sabar. Kata-katanya
lembut, sangat bijaksana, Pakde sering menasehatiku terutama ketika aku bercerita
tentang kehidupan kampusku. Pakde berjualan bakso keliling, tapi entah kenapa
setiap aku bertemu Pakde diluar Kos Pakde selalu saja bilang “Ndak usah cium
tangan. Tangan Pakde kan kotor. Sana pulang terus makan ya..”
3. Mbak
Ermi
Mbak Ermi sudah lulus D3-Teknik
Informatika DipIPB dan bekerja di Jakarta ketika aku mulai Kos disana. Setiap pagi Mbak Ermi selalu
berangkat dengan kereta. Meski jarang ada di Kos – karena pulang malam – Mbak Ermi
adalah kakak terbaikku. Mbak Ermi sangat suka makan tutut, dan sebagai yang
sudah bekerja Mbak Ermi sering membelikan tutut untuk kami semua. Sekarang Mbak Ermi juga kuliah di Bandung dan Kos di daerah Cikutra.
Aku dan Mbak Ermi |
4. DipIPB
angkatan 49 “Generasi Berkarya” di Kos PM
a. Bang
Vaksi
Mahasiswa DipIPB jurusan Teknik Komputer
(Tekom) yang suka banget travelling terutama mendaki gunung. Dia yang paling
baik, paling deket dan paling perhatian sama aku. Aku akan selalu menganggapnya
sebagai kakak apapun kondisinya. Terima kasih Bang, atas segala kenangan
diantara kita :D I will always remember... jangan lupakan ini ya :)
![]() |
VaksIntan |
b. Bang
Aziz
Bang Aziz juga ambil Tekom sama kayak
Bang Vaksi. Orangnya memang jutek dan gampang marah tapi aslinya dia sangat baik
dan setia kawan. Aku paling takut kalau Bang Aziz marah, sumpah aku nggak mau dimarahin Bang Aziz lagi. Paling dewasa sikapnya diantara kita
dan selalu diem untuk merenung sebelum bertindak.
![]() |
Bang Aziz, Aku dan Bang Vaksi |
c. Bang
Nadi
Mahasiswa Teknik Lingkungan (LNK)
DipIPB. Paling pendiam dan ramah. Bang Nadi bisa masak, makanya dialah yang
banyak membantu ketika aku pertama masuk GZI, dia yang membantu aku menyelesaikan tugas perencanaan menu atau ditanya seperti ini sayur lodeh
itu bahannya apa aja, soto Bogor itu bahannya apa, bubur kacang ijo pakai santan nggak, cara bersihin ikan itu
bagaimana. Dia juga selalu bersikap netral saat anak-anak Kos PM bertengkar.
d. Erick
Temen berantemnya Bang Vaksi. Mahasiswa Akuntansi
(AKN) DipIPB. Paling ganteng tapi sikapnya kayak anak kecil (makanya aku nggak
mau panggil Bang). Suka dandan dan suka ngaca lama sambil bilang “Tan, gue udah
ganteng belum?” kalau bilang “udah” malah bilang “Masa?” kalau bilang selain
kata “udah” dia pasti minta pendapat baiknya bagaimana, kalau udah dikasi pendapat pasti langsung ngacir ke kamar, ganti baju dan
ngaca lama lagi -_-
Juga mereka
yang perhatian padaku
a. Ibu
warung atas
Suaminya asal Cirebon, makanya Ibu
selalu baik padaku. Selalu nyapa aku setiap pagi sebelum ke kampus. Selalu siapin
lollipop kesukaan aku. Aku sangat menikmati saat ketika aku duduk diwarung Ibu, letaknya yang diatas Kos PM bikin udara Bogor yang sejuk lebih terasa J
b. Ibu
Ajeng
Nah, kalau Ibu Ajeng ini jualan makanan. Ibu sangat
ramah dan dermawan. Setiap aku beli masakan Ibu selalu dikasi dengan harga
murah. Bayangkan nasi, telur, ayam suir dan sayur cuma Rp 5.000,00 untukku. Kadang aku dikasih bonus buah, kueh dan apapun yang Ibu punya.
Aku masih ingat ketika aku harus menjalani Matrikulasi –
sebagai ganti Ospek - selama sebulan dengan setengah hati. Aku sudah harus kuliah
disaat beberapa teman-temanku belum mendapatkan Perguruan Tinggi yang mau
menerima mereka, disaat sedang menunaikan ibadah puasa dan hanya dengan
mempelajari dua mata kuliah saja yaitu Dasar-dasar Ilmu Gizi (Dasgiz) dan
Aplikasi Komputer (Aplikom) selama empat hari dalam seminggu seharian full. Aku masih ingat betapa aku sangat tertekan karena
mata kuliah Dasgiz. Aku harus menghafal Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM),
menghitung kandungan Gizi suatu makanan bahkan menyusun menu yang bergizi. Tugas yang
banyak dan pengetahuanku yang minim sekali semakin membuat aku
tertekan kuliah disana. Namun, anak-anak Kos PM selalu medukungku untuk terus bertahan dan merasa nyaman berada di Kota Bogor.
Menghitung Kandungan Gizi |
Bersama anak-anak PM, aku menemukan kebahagiaan
yang nggak pernah aku bayangkan sebelumnya. Mereka satu alasan bagiku untuk segera kembali ke Bogor. Kami seperti keluarga tanpa ikatan darah. Jalan-jalan, makan bersama, pulang malem, makan tutut, main kartu, maskeran,
tertawa bersama seolah telah menghilangkan bebanku yang amat besar saat itu. Malabar,
Botani Square (Boker), Bogor Trade Mall (BTM), Kebun Raya Bogor, Taman Kencana,
Lapangan Sempur, The Jungle dan Puncak Bogor mungkin menjadi saksi betapa kita
sangat bahagia saat itu.
Bang Nadi, Aku dan Mbak Ermi |
Jalan Malem - Aku, Bang Vaksi, Mbak Ermi |
Boker - Aku, Mbak Ermi, Bang Nadi |
Mbak Ermi, Aku dan Bang Aziz |
The Jungle - Aku, Mbak Ermi, Bang Aziz, Bang Nadi |
![]() |
Kebun Raya Bogor with Para Abang |
![]() |
Erick, Bang Nadi, Aku dan Bang Vaksi |
Kenangan bersama kalian adalah anugerah hidupku,
terutama ketika Idul Adha dan ulang tahunku di tahun 2012 :’)
Idul Adha di Kos PM |
Bersama mereka diruang TV Kos PM |
Ultah ke 19 jam 1 pagi |
Perayaan Ulang Tahun bersama anak Kos PM |
Tidak ketinggalan juga sahabat-sahabatku yang terbaik di
GZI IPB. Ada Ciya, yang selalu menjemputku di Kos setiap pagi untuk pergi ke kampus
bersama. Kami berdua biasanya akan menunggu Fida dan Asti di Gang Melati sebelum ke kampus. Ada
juga Yani dengan tingkah lucunya. Mereka adalah sahabat terbaik untukku, tanpa
mereka mungkin aku tidak sekuat waktu itu.
Ciya yang selalu menjemputku setiap pagi |
Hunting photo with Ciya |
Asti, Ciya, Fida dan Aku |
Juga kenangan bersama Chyntia, Dara
dan Okta sesama PK GZI yang bergabung dengan Teater Jendela untuk menari di GWW
IPB hingga aku bisa melihat Bondan dan f2b secara langsung :’D
GWW IPB Dramaga |
MANAJEMEN INDUSTRI JASA
MAKANAN DAN GIZI
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Aku selalu ingin lari dari fakta bahwa aku mungkin akan menjadi Ahli Gizi kelak. Aku ingin lari dari semua kesulitan yang aku alami disana. Mimpiku untuk berada didepan kelas membuatku semakin kalut. Sungguh, benar ada dalam hatiku untuk berjuang melawan segalanya. Melupakan mimpiku, bukan perkara mudah. Bahkan mereka berkata menjadi pendidik adalah panggilan jiwa untukku, bukan hanya sebatas keinginan atau ambisi. Meskipun begitu, aku selalu berjuang untuk menjadikan masa-masa di kampus
Cilibende (CB), Gunung Gede (GG) dan Baranangsiang (BS) semaksimal mungkin, sebisa dan memampuku untuk menjadi bagian dari skenario Allah
swt untuk mencapai kesuksesanku kelak :’)
![]() |
Kampus Baranangsiang (BS) |
Fakta Mahasiswa GZI
DipIPB :
Mahasiswa PK GZI sering mendapat julukan “Istri Idaman” dan “Suami Idaman” dengan alasan :
Mahasiswa PK GZI sering mendapat julukan “Istri Idaman” dan “Suami Idaman” dengan alasan :
1. Kami
selalu memakai seragam yang bersih dan pas dibadan, very good looking
2. Kami
selalu memakai sepatu high heel(P)/pantopel(L) warna hitam, mahasiswi GZI kalau jalan itu keliatan anggun sedangkan mahasiswa GZI keliatan gagah (katanya :p)
3. Ada
beberapa mata kuliah yang mewajibkan mahasiswi GZI menggunakan make up, sudah pasti jago soal dandan (nggak akan bikin malu buat diajak jalan bro :p)
4. Kami
pandai memasak dan mengerti soal gizi makanan termasuk memilih bahan yang baik, makanan aja bisa kita jaga apalagi jagain kamu dan calon anak kita muehehehehe :D
5. Tinggi
dan berat badan kami sebagai calon Ahli Gizi sangat ideal, nggak ada kata under weight apalagi gendut -_-
6. Ketika
lulus kami pasti bekerja di Hotel, Rumah sakit atau Industri makanan
Sejujurnya ketika aku kuliah di PK GZI, aku merasa sangat bangga sekaligus merasa sangat
tertekan. Tugas yang banyak dan sistem pembelajaran yang sangat disiplin cukup
membuatku sedikit stres saat itu. Masih aku ingat ketika aku dihukum oleh Pak
Roy, karena nggak bisa menjelaskan sirkulasi portal didepan kelas.
Belum lagi tugas-tugas yang harus menggambar dimata kuliah Analogi dan Fisiologi Manusia. Membuat menu dan voucher dimata kuliah Teknik Pelayanan Makanan. Kuis setiap minggu, tugas wajib ketika praktikum dan Uji Kompetensi.
Tugas gambar kayak gini, memang asik banget :) Setidaknya bisa menyalurkan bakat menggambar aku yang nggak pernah dapet perhatian >.< handmade nih... keren kan? mirip fotokopian belum?
.jpg)
Hukuman dari Pak Roy, gambar dan bagan Sirkulasi Portal |
Belum lagi tugas-tugas yang harus menggambar dimata kuliah Analogi dan Fisiologi Manusia. Membuat menu dan voucher dimata kuliah Teknik Pelayanan Makanan. Kuis setiap minggu, tugas wajib ketika praktikum dan Uji Kompetensi.
Tugas gambar kayak gini, memang asik banget :) Setidaknya bisa menyalurkan bakat menggambar aku yang nggak pernah dapet perhatian >.< handmade nih... keren kan? mirip fotokopian belum?
.jpg)
.jpg)
Masih
aku ingat betapa aku sangat panik ketika harus menghadapi ujian dadakan mengenai
bumbu-bumbu masakan, juga ketika pertama kali praktik memasak di
Lab kulinari di kampus Gunung Gede (GG). Bayangkan aku sama sekali nggak tau nama bumbu kecuali garam dan gula, aku juga nggak bisa nyalain kompor gas ketika pertama kali praktikum memasak :'( apalagi temen cowokku seperti lebih jago, rasanya? sungguh malu dan sakitnya tuh dihatii... >.<
Memasak
adalah keistimewaan tersendiri untuk mahasiswa GZI. Sebelum masuk Lab Kulinari
kita harus menyiapkan perencanaan menu yang ditulis dikertas folio mengenai
resep yang akan kita buat keesokan harinya dalam kelas praktikum termasuk perencanaan Kandungan Gizi yang diprediksikan. Kami harus
memakai baju masak, celana bahan, sepatu hitam, efron, topi masak, dan name
tag. Perlengkapan perang anak GZI seperti pisau (biasa dan garnish), timbangan
digital, gelas ukur, sendok, garpu, tempat makan, sarung tangan, kartu menu, kain juga buku
kecil dan pulpen. Lucunya disiini, setiap mau praktikum ada aja yang bilang "sexy sih, cantik sih, keren sih tapi bawaannya pisau broo.." apa mau dikata, pisau adalah andalan anak GZI ketika praktikum, tanpa pisau apalah arti kehadiran kita hahaha :D
Mahasiswa GZI DipIPB ketika Praktikum |
Lab Kulinari - Cake Decoration tema Natal |
Saat
masuk Lab Kulinari kami harus berbaris menurut absen untuk pemeriksaan perlengkapan oleh Asdos sebelum masuk. Bergabung dengan kelompok masing-masing dan mempersiapkan perlengkapan dimeja. Kemudian berkumpul untuk mendengarkan pengarahan sekilas dari Dosen. Setelah itu, kami akan diberikan bahan-bahan oleh dosen, mengambil bahan dan bumbu yang belum ada sesuai dengan resep yang
harus sudah dihafal sebelumnya. Mulai memasak dengan tepat takaran, tepat waktu dan terjaga
kebersihannya. Setelah masak kita harus membersihkan Lab Kulinari, ada yang
nyapu, ngepel, buang sampah dan memeriksa perlengkapan Lab. Jika sudah, kita
akan menunggu diluar Lab untuk menghitung kandungan gizi yang nantinya harus
dicantumkan dalam leaflet sebagai laporan selesai praktikum. Itu adalah saat istirahat terbaik setelah masak dalam kondisi berdiri berjam-jam. Dosen akan
memanggil kembali untuk memberikan komentar pada hasil masakan kita sebelum
akhirnya kita akan membawa makanan yang kita buat dalam tempat makan yang telah kita bawa. Asiknya yah gini, setelah praktikum bawa makanan enak untuk dimakan sendiri :') Ini beberapa hasil kreasi kami para calon Ahli Gizi...
Table Manner, Bengkuang dan Timun |
Fondan |
Penyajian Akhir |
Iyah,
karena praktikum di Lab Kulinari ini aku jadi belajar banyak hal. Terutama ketika
Uji Kompetensi yang harus memasak sendiri. Aku belajar bagaimana memilih bahan
yang baik di Pasar, membersihkan bahan dengan benar, memasak dengan teknik yang
baik, memperkirakan takaran bumbu, menyajikan dengan sentuhan garnish,
menghitung kandungan gizinya, mengenal banyak istilah kulinari, mengenal banyak
metode dalam memasak, mempelajari bagaimana ketika kita menjadi tamu, pelayan
atau bos, belajar banyak tentang ilmu gizi makanan, bahkan belajar untuk
menghargai sesama. Belajar mencuci piring, belajar ngepel, belajar hidup bersih,
belajar untuk tekun, cermat, teliti, cekatan dan tidak mudah menyerah. Seperti semboyan
Program Diploma Istitut Pertania Bogor “Tangguh, Terampil dan Berkualitas”.
Aku belajar cukup banyak disana. Aku sangat menikmati ilmu yang
aku dapat disana. Sungguh, terlalu banyak hal yang nggak bisa aku ungkapan
tentang apa yang aku alami di GZI IPB. Sampai akhirnya aku sakit dan memutuskan untuk
mengundurkan diri. Kenangan ini akan aku simpan :')
Aku mengundurkan diri bukan tanpa alasan dan bukan tanpa
pertimbangan. Aku sudah memikirkan segalanya bahkan sejak awal aku berada
disana. Aku hanya ingin memperjuangkan mimpiku selagi aku masih bisa untuk
mewujudkannya. Iya, aku akan berjuang untuk
itu. Aku tidak ingin menghabiskan masa mudaku untuk hal yang aku tidak minati,
aku tidak ingin masa depanku aku habiskan untuk bekerja dalam bidang yang
bahkan sama sekali tidak pernah ada dalam otakku. Aku punya alasan, aku punya pikiran, aku punya pendirian dan aku tau mana yang terbaik untukku melebihi siapapun. Tapi apapun alasanku itu Program Diploma IPB akan menjadi kampus terbaik yang pernah ada dalam masa pendidikanku :'D
5 comment:
kak saya jg anak gizi ipb diploma. agak stress emg awal2 apalagi ga bisa jauh dr keluarga
Neng.....bagaimana tata cara pengunduran dirinya? Membuat surat atau gimana?
Kami tertarik dengan Managemen Industri Jasa Makanan, Mohon kami diberi tahu kurikulum nya apa saja ya MK yang diajarkan. Mks. Sakam dari Surabaya.
Setelah keluar dari sana gimana mba melanjutkan hidup?
Dan akhirnya saya juga lulus dr program ini 😀
Posting Komentar