RSS

2013 #3

Teori simple tak sekompleks teori Darwin, tapi tak gampang sperti coba menangkap angin
Contoh,  standar manusia tapi standar yang mana?Karna semua ingin lebih dari sebelumnya
Jika satu tambah satu sama dengan dua, kenapa hitunganku slalu saja tidak sama?
Mungkin saja karna faktor X atau mungkin manusia slalu ikuti teks
Terkadang anak panahku melesat jauh, terkadang ku tangguh lalu kemudian jatuh
Aku coba bangkit meskipun sulit, kecepatan penuh dari bumi ke langit
Ku coba untuk bangkit... bumi ke langit
Meski terasa sulit... dari bumi ke langit
Terbang melayang... bumi ke langit
Dari bumi ke langit... dari bumi ke langit

(Lirik lagu Bumi ke Langit karya Bondan dan F2B)
***
22 Juli 2013
            Pagi ini aku terbangun di Bandung, tepatnya di kosan Uum – teman sekelas ketika SMA – yang berada di daerah Cilimus. Selain aku dan Uum, ada juga Dewi. Dewi ini saudaranya Uum yang kebetulan akan mengikuti Ujian Mandiri Universitas Pendidikan Indonesia (UM-UPI) juga. Berbeda denganku yang memilih Pendidikan Akuntansi dan Pendidikan Sejarah, Dewi memilih Pendidikan Olahraga dan Ilmu Komunikasi. Aku cukup bersyukur karena Uum yang merupakan mahasiswa Sastra Inggris UPI mau menampungku di kosannya sehingga aku tidak perlu kesulitan untuk menyewa tempat tinggal, selain itu Dewi yang kebetulan baru aku kenal kemarin ketika aku sampai kosan Uum terbilang sangat baik dalam menyambutku.
             Kemarin aku baru saja menyelesaikan ujian hari kedua untuk masuk Universitas Islam Bandung (UNISBA). Perjuangan kali ini memang terlalu berat. Aku harus mengikuti ujian masuk dua Perguruan Tinggi berbeda dalam waktu yang nyaris dekat dan berlangsung ketika bulan puasa. Semua ini aku lakukan sebagai dampak dari keputusanku yang memilih mengundurkan diri dari salah satu Perguruan Tinggi bergengsi di Kota Bogor. Aku cukup bersyukur bahwa hari ini merupakan hari kedua aku berhalangan (menstruasi), tapi tidak berpuasapun rasanya seperti berpuasa karena aku harus menghormati Uum dan Dewi. Seperti hari ini, aku ikut sahur dan hanya makan roti saja. Apa boleh buat, ternyata disekitar kosan Uum makanan sangat sulit dijumpai.
            Bandung terasa dingin karena sepanjang hari itu hujan selalu turun seolah ingin menentramkan pikiranku yang mulai sedikit stress. Aku dan Dewi terus membaca ulang materi, sedangkan Uum terkadang membantu memberikan soal untuk kami jawab. Siangnya, sekitar jam 1 setelah hujan cukup reda kami memutuskan untuk mencari ruang ujian kami. Aku dan Dewi diantar Uum ke Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial (FIPS) yang letaknya cukup jauh dari kosan Uum. Saat itu, UPI terlihat sangat keren dimataku, universitas didepan mataku ini adalah universitas terbaik di Indonesia dalam mencetak para calon pendidik. Banyak guru favoritku dulunya adalah mahasiswa UPI. Aku membayangkan gelar S.Pd (Sarjana Pendidikan) jika aku mampu masuk ke UPI. Ya Allah… aku hanya bisa berdoa dalam hati saat itu. Menjadi guru adalah mimpiku yang harus aku perjuangkan.
            Ruang ujianku berada dilantai 5 gedung FIPS, sedangkan Dewi ada dilantai 6. Uum sangat sabar mencarikan ruangan kami. Saat itu dimataku segalanya terlihat sangat istimewa. Dalam hati aku selalu berharap mimpiku akan menjadi nyata dimulai dari kampus ini. Setelah melihat ruangan, aku dan Uum mengantar Dewi ke Poliklinik UPI untuk membuat surat sehat, sebagai salah satu syarat uji keterampilan Penjaskes. Kami berpisah setelah itu, Uum pergi rapat, Dewi pulang ke kosan Uum sedangkan aku menemui Endi, salah satu temanku yang kuliah di Bandung juga.
            Sekitar jam 2 aku bertemu Endi di UPI. Dia kuliah di Politeknik Negeri Bandung (POLBAN). Dia mengajakku ke pasar baru dan kebun teh. Bandung terasa sangat dingin bagiku saat itu, ibarat kata aku ini anak pantai yang pergi ke gunung. Perbedaan suhu antara Cirebon dan Bandung sangat jauh berbeda. Jam 5 sore aku memutuskan untuk kembali ke kosan Uum. Ternyata Uum masih rapat dan berencana berbuka puasa bersama teman sekampusnya. Hal terkonyol saat itu adalah aku lupa jalan ke kosan Uum, aku menelepon Dewi berkali-kali tapi kami sama-sama bingung. Butuh waktu cukup lama sampai aku bertemu dengan Dewi. Akhirnya, aku berbuka puasa bersama Dewi diwarnai tawa karena kebodohan kami berdua.
23 Juli 2013
            Hari ini menu sahur kami sangat mengenaskan, hanya ada biskuit Good Time, bolu Amanda dan Sari roti, itupun semuanya terbilang sedikit untuk kami bertiga. Jam 6:30 pagi Uum mengantar aku dan Dewi ke FIPS. Hari ini adalah hari pertama UM-UPI. Ada dua ujian yaitu Bahasa Inggris dan Tes Potensi Akademik (TPA). Aku sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan ujian dengan cukup baik. Masih aku ingat dengan jelas, Uum sudah menunggu kami didepan gedung setelah ujian. Aku sangat berterimakasih pada Uum atas segala kebaikan hatinya kepada kami. Menjelang buka puasa, lagi-lagi Uum berbuka dengan teman kampusnya dan lagi-lagi aku dan Dewi mengalami hal konyol. Kali ini Dewi membeli ayam goreng, tapi ternyata yang dia pilih adalah brutu, bagian pantat Ayam yang rasa dan baunya menurutku cukup membuat nafsu makan hilang, hahaha :D
24 Juli 2013
            Hari kedua UM-UPI, saatnya ujian inti yaitu IPS. Soalnya lumayan susah bagiku mengingat aku adalah anak IPA yang belajar IPS selama kurang lebih 3 bulan saja. Ternyata soal yang disajikan adalah soal mata pelajaran Sejarah, Ekonomi, Geografi, Sosiologi dan Akuntansi. Aku sama sekali belum pernah belajar Akuntansi. Semua soal aku jawab sepengetahuanku, sisanya aku mencoba untuk memilih jawaban yang sesuai dengan logikaku. Aku menyerahkan segalanya kepada Allah swt. Masih aku ingat saat itu Uum bertanya padaku “Gimana tadi bisa nggak, Tan?” aku hanya menjawab “Insya Allah swt. Eh Um kok rasanya aneh ya. Baru kali ini nama aku bener. Seumur hidup sejak TPA, SD, SMP sampai SMA nama aku selalu salah, kalau nggak Nur'aini, Nur'aeni ya Nurlaelah. Baru kali ini di UPI nama aku bener.” Dan jawaban yang selalu aku ingat dari Uum adalah “Itu kode kamu bakal diterima di UPI, Tan hahaha”
25 Juli 2013
            Hari ini aku diajak Endi wisata ke curug Cimahi. Pemandangannya sangat indah dan mengesankan meskipun butuh perjuangan untuk sampai ke curugnya. Aku bahkan mendapat ide untuk bahan cerpenku yang sedang aku kerjakan di rumah. Sekitar jam 4 sore aku memutuskan untuk pulang ke Cirebon. Aku diantar ke terminal Cicaheum dan meninggalkan Bandung dengan harapan yang besar akan mimpiku. Ya Allah swt izinkan aku kembali ke Bandung untuk menuntut ilmu... 
27 Juli 2013
            Hari ini saatnya pengumuman ujian masuk Universitas Islam Bandung (UNISBA) gelombang 3. Banyak pikiran berkecamuk dalam otakku, terutama masih adanya rasa kecewa akibat kegagalan di SBMPTN membuatku selalu takut untuk menerima kekalahan kembali. Aku memutuskan untuk membukanya sore hari, tapi siang itu teman kenalanku ketika ujian di UNISBA mengirim sebuah sms yang isinya memberitahukan bahwa dia diterima di Psikologi UNISBA. Akhirnya aku memberanikan diri untuk menerima segala hasilnya. Aku membuka link UNISBA dan memasukkan no ujianku yang cantik 3131347 dan… Alhamdulillah, aku diterima di Ilmu Komunikasi UNISBA. Betapa senangnya aku saat itu. Usahaku membuahkan hasil :’)
Hasil ujian masuk UNISBA
1 Agustus 2013
            Aku diantar Ayah ke polsek untuk membuat SKCK, salah satu syarat untuk registrasi ulang di UNISBA. Aku sangat senang saat itu, tapi ketika tiba giliranku seorang petugas bertanya “SKCKnya untuk apa Pak? Masuk perguruan tinggi ya? Perguruan tinggi mana, Pak?” dan jawaban Ayah yang saat itu cukup membuatku kesal adalah “Untuk masuk UPI Bandung, Pak.” Iya, aku kesal saat itu! Kenapa Ayah berkata seperti itu? Aku masuk UNISBA bukan UPI. Aku sama sekali belum tau hasil UM-UPI apa. Apakah Ayah malu aku masuk UNISBA yang notabene adalah perguruan tinggi swasta? Aku sangat sedih saat itu.
2 Agustus 2013
            Pengumuman UM-UPI akan dibuka pada tanggal 3 Agustus 2013 sedangkan registrasi UNISBA akan ditutup pada tanggal 3 Agustus 2013. Aku bingung, aku harus bagaimana? Daftar ulang dulukah? Bagaimana jika ternyata aku masuk UPI? Itu sama saja membuang uang. Kalau aku memutuskan untuk tidak daftar ulang, bagaimana jika aku gagal masuk UPI? Aku menyerahkan segalanya hanya kepada Allah swt. Saat itulah, Ibu memberi saran agar tanggal 3 Agustus aku dan Ayah harus ke Bandung untuk melihat pengumuman di UPI secara langsung, jika memang aku gagal maka aku dan Ayah sebaiknya cepat-cepat melakukan daftar ulang di UNISBA. Cukup masuk akal memang, tapi naluriku berkata aku harus membuka link UPI dan mencoba mencari tahu apa hasil UM-UPI secepatnya, dan ternyata… Alhamdulillah, pengumuman sudah bisa dibuka pada tanggal 2 Agustus 2013. Hasilnya? Aku hanya bisa menangis… iya menangis bahagia karena aku diterima di program studi Pendidikan Akuntansi Universitas Pendidikan Indonesia.
Hasil UM-UPI
            Betapa senangnya hatiku saat itu, aku bahkan memberitahu Ayah dan Ibu sambil menangis bahagia. Perjuangan dan pengorbananku untuk menggapai mimpiku terbayar sudah. Lelahku sudah menjadi abu yang hilang diterbangkan angin. Aku berhasil membuka gerbang untuk menjadikanku sebagai calon guru, seperti mimpiku. Meski faktanya mimpi itu terbilang hampir tercapai karena sejujurnya aku gagal menjadi calon guru matematika dan aku juga gagal kuliah di Yogyakarta seperti mauku. Setidaknya mimpiku sejak kecil untuk menjadi seorang guru akan tercapai suatu hari nanti. Segala yang terjadi memang tidak harus selalu sesuai target, harapan dan tujuan kita, tapi aku selalu percaya bahwa apa yang aku dapatkan saat ini adalah yang terbaik menurut Allah swt. Kali ini aku akan berjuang untuk calon muridku, karena merekalah semangatku selanjutnya……

***
Usaplah keringat yang mengalir membasahi keningmu
Angkatlah ke atas dagumu yang tertunduk layu
Jangan menyerah… jangan mengalah...
Bangunkan, bangkitkan semangat juangmu hingga membara
Yakinkan, pastikan inilah puncak segalanya
Barbanggalah karena kau adalah.. SANG JUARA

Kau luapkan energi terhebatmu
Terangi bumi dengan peluh semangatmu
Hadirkan buih keringat, basuhi raga
Basahi kulit, basahi jiwa, lalu busungkan dada

Keringat adalah hasil jerih payahmu 
Terbayar dengan semangat yang kau ambil
Terbang tinggi menuju awan
Dimana kau bisa lupakan semua lawan

Stiap langkah, stiap jiwa ditiap langkah
Mulai bercerita wakilkan semua mimpi-mimpi yang tenggelam
Siap menantang bumi dan..
KAU ADALAH PEMENANG!!

Bangunkan, bangkitkan semangat juangmu hingga membara!!
Yakinkan, pastikan inilah puncak segalanya
Berbanggalah karena kau adalah.. SANG JUARA!!
Yeah… SANG JUARA!! SANG JUARA!!
Owh.. SANG JUARA!! Yeah… SANG JUARA!!

Buat apa menangis, jika masih ada senyum
Buat apa kau mundur, kawan.. jika hidup berjalan maju
Bila kau terjatuh, sgera bangkit dan bangun
Pusatkan fikiran dan tetap melaju
F ke O dan K ke U...S....FOKUS, konstan! 
Tetap lihat ke depan kawan
Genggan erat pegangan, lihatlah titik tuju
Raih pusat sasaran, jadilah nomer satu
Bangun dan bangkitkan semangat juangmu hingga membara!!
Yakinkan, pastikan inilah puncak segalanya

Jangan menyerah..
Jangan mengalah..
Berbanggalah..
karena kau adalah
SANG JUARA!

(Lirik lagu Sang Juara karya Bondan dan F2B)



Punya mimpi? Yuk ceritain mimpi kamu...
Buka linknya di http://www.kontesmimpiproperti.com/

http://mimpiproperti.com/


2013 #2

Berjuang itu seperti minum kopi…
Meskipun pahit tapi tetap saja ada rasa manisnya
Meskipun pahit tapi tetap membuat ketagihan
            Nikmatilah setiap detik perjuanganmu. Memang terasa berat dan sulit, itu jika kamu selalu membatasi pikiranmu akan kekuatan dirimu sendiri. Percayalah bahwa setiap manusia terlahir dengan kekuatan yang besar dalam dirinya masing-masing. Mulailah dengan mempercayai kemampuan dirimu sendiri. Jika hal itu kamu lakukan dengan baik, maka kemampuan itu akan menjadi kekuatan untuk menumbuhkan tunas dari setiap tetes keringatmu. Kelak kamu akan tau seperti apa buah hasil keringatmu. Semua sebanding dan sejajar apa yang kamu pikirkan, apa yang kamu percaya dan apa yang kamu lakukan dengan dirimu sendiri...
***
Setelah pengumuman SBMPTN yang menyedihkan itu, aku semakin depresi berat. Segala pertanyaan muncul dikepalaku tanpa bisa aku singkirkan. Apa yang salah? Apa yang kurang? Mengapa aku gagal? Mengapa hasilnya diluar prediksiku? Sampai pada titik ketika aku mulai menyadari satu hal, aku salah dalam menentukan pilihan karena ambisi dan emosiku. Aku seharusnya bisa lebih bijaksana dalam menentukan pilihan. Aku juga terlampau mengejar hasil tanpa mau melihat dan mempertimbangkan sudah sebaik apa proses yang aku lakukan.
Aku mulai bangkit kembali, kali ini aku juga mencari Perguruan Tinggi Swasta (PTS) terbaik. Peduli setan dengan gengsi!! Aku mulai mencari ujian PTN dan PTS dalam waktu dekat. Aku menuliskan semua tanggal ujian PTN dan PTS dikertas yang kemudian aku tempel di meja belajarku. Aku mulai memikirkan mana yang terbaik yang harus aku pilih, mana yang bisa aku masuki dengan mudah dan mana yang sekiranya membuat mimpiku menjadi nyata sesuai dengan kemampuanku.
Gagal SBMPTN membuatku semakin giat belajar, semalaman aku mengerjakan soal dengan target sehari satu kumpulan soal untuk satu mata pelajaran. Saat itulah, semakin sering aku mecoba menjawab soal, aku mulai memahami bahwa sebenarnya aku lebih unggul dalam bidang IPS bukan dalam bidang IPA. Dibidang IPS yang terdiri dari mata pelajaran Sejarah, Ekonomi, Geografi dan Sosiologi aku hanya lemah dalam mata pelajaran Geografi saja. Sedangkan dibidang IPA yang terdiri dari mata pelajaran Matematika, Kimia, Fisika dan Biologi aku sangat lemah dalam mata pelajaran Fisika dan Biologi (meskipun IPA adalah jurusanku ketika SMA).
Masih aku ingat pada suatu malam, aku sangat kesal karena hanya dapat mengerjakan 4 soal Fisika dengan benar. Aku putus asa, bagaimana aku bisa masuk Pendidikan Matematika jika aku lemah dalam Fisika? Biologipun seolah ikut campur untuk berusaha menjatuhkanku saat itu. Aku sedang menangis saat Ayah masuk secara tiba-tiba ke kamarku. Ayah berkata “Nok, udah belajarnya. Tidur udah jam 2 pagi. Udah simpen dulu bukunya. Nggak usah banyak pikiran, mau masuk universitas mana aja boleh. Dedek mau keluar kota masuk swasta juga nggak apa-apa asal dedeknya suka”
            Dukungan Ayah saat itulah yang membuatku semakin semangat. Apa peduliku untuk masuk swasta atau negeri? Semua pasti sama. Asalkan aku bisa berjuang untuk mengubah keadaan sesuai yang aku inginkan semampuku. Satu kesempatan yang harus aku ambil dengan lebih baik, karena masa depanku ada ditanganku sendiri dan hasilnya biarlah Allah swt yang mengatur. Kali ini aku harus melalui proses dengan sebaik mungkin.
Setiap hari aku belajar dari jam 10 malam sampai jam 5 pagi. Aku membuat rangkuman materi IPS lebih berwarna lagi, membuat catatan rumus materi IPA dengan disertai gambar. Aku menghafal sepanjang malam. Aku berdoa dalam setiap sujudku. Aku mulai menulis setiap targetku, membuat coretan penyemangat bahkan di meja belajarku tertulis dengan tip-x “Intan masuk PTN”. Ketika aku mulai lelah, aku akan memutar lagu untuk memacu semangatku. Saat itu aku sangat suka mendengarkan lagu “Sang Juara” dan “Bumi ke Langit” milik Bondan Prakoso dan F2B. Menutup buku, tidur dengan posisi rileks, pasang headset, puter lagu, tutup mata dan fokus untuk mendengar setiap lirik yang mengalun selalu berhasil membuatku kembali semangat dan optimis.
Coretan penyemangat
            Semuanya berjalan sama, aku masih giat belajar dari jam 10 malam sampai jam 5 pagi, aku masih mencari informasi PTN dan PTS, aku masih sibuk dengan targetku. Sampai pada suatu hari ketika aku sedang tidur (mungkin sekitar jam 8 pagi) Kakak membangunkanku dengan kata-kata yang menyakitkan “Dek, tidur aja! Gimana kamu mau masuk PTN! Udah mending kamu kuliah di Cirebon aja, atau nikah aja sekalian! Dari pada selalu bikin susah!” Ah, damn! damn! Betapa kacau perasaanku saat itu.
Jiwaku mulai terusik ketika harus menghadapi gossip para tetangga meskipun aku selalu mengurung diri di rumah. Ditambah pengakuan Ayah dan Ibu mengenai kondisiku yang sebenarnya. Mau bagaimana lagi? Setiap ada tamu, bukankah para orang tua selalu membanggakan anaknya? Aku sedih setiap mendengar pengakuan Ayah dan Ibu yang meskipun selalu jujur dalam mengakui kondisiku apa adanya pada mereka, tapi tetap selalu ada kebencian tersendiri dalam diriku. Aku, iya aku yang dulu selalu dibanggakan kini bernasib mengenaskan.
            Aku semakin sering menangis ketika Ibu selalu marah padaku. Terutama ketika aku bertanya mengenai universitas. Ibu jelas mendukungku, Ibu membebaskan aku untuk memilih universitas manapun, dimanapun  itu. Ibu berjanji akan menyediakan dana sebesar apapun itu. Tapi bukan dukungan seperti itu yang aku mau. Aku sangat butuh pemikiran Ibu untuk membantuku dalam memilih universitas mana yang sebaiknya aku pilih. Bukankah aku juga perlu pemikiran Ibu untuk melihat mana yang lebih baik? Bukan hanya menyerahkan semuanya kepadaku dan siap atas apa yang akan aku dapatkan nanti :’(
            Ceritanya sangat panjang dan rumit sampai pada keputusan Ibu yang menyarankan agar aku mencoba Ujian Mandiri di Universitas Pendidikan Indonesia (UM-UPI) dengan pertimbangan lokasinya yang berada di Bandung cukup dekat dan mudah diakses dengan transportasi umum (bis, kereta dan travel) dari Cirebon. Akhirnya, tanggal 9 Juli 2014 aku mendaftarkan diri sebagai peserta UM-UPI dengan pilihan Pendidikan Akuntansi dan Pendidikan Sejarah via online dan mendapat no bayar 02736. Iya, kali ini aku memang memutuskan untuk membanting setir mengambil IPS, meskipun sedikit berat karena aku harus melupakan mimpiku untuk masuk Pendidikan Matematika, harus melupakan mauku untuk kuliah di Yogyakarta dan harus aku akui bahwa aku sedikit takut karena mengambil bidang yang bukan bidangku. Dibandingkan dengan anak SMA dengan jurusan IPS, berapakah pengetahuan IPS yang baru aku pelajari selama kurang lebih 3 bulan?
Tanggal 10 Juli 2014 jam 10 pagi aku pergi ke bank BNI bersama Ayah untuk membayar biaya UM-UPI, ketika itu aku harus membayar Rp 300.000,00 dan mendapat pin TUE5XD untuk mendaftar via online kembali. Sekitar jam 2 siang aku dan Ayah pergi ke warnet Om Kasim untuk melakukan pendaftaran. Apa yang terjadi saat itu? Aku bertemu dengan sahabat Ayah disana, namanya Pak Kadmi, anaknya adalah temanku ketika SMP. Beliau berkata “Jadi, mengundurkan diri tah Nok? Yaudah kalau itu yang terbaik. Bapak sih percaya anaknya Ayah pinter, pasti bisa masuk UPI. Banyak berdoa aja”. Apa yang aku rasakan? Sejujurnya aku takut saat itu, bagaimana mungkin orang lain lebih optimis dibandingkan aku sendiri?
18 Juli 2013
            Jam 02:30 dini hari aku, Ibu dan Wawak Hato tiba di terminal Cicaheum, Bandung. Kami berangkat dari Cirebon naik bus Good Will pada pukul 22:30 WIB. Karena saat itu bertepatan dengan bulan Ramadhan, kami memutuskan untuk sahur terlebih dahulu disalah satu warteg yang berada di terminal, ini pertama kalinya aku sahur di Bandung. Setelah itu, kami harus menunggu angkot cicaheum-lendeng penuh penumpang (sekitar 2,5 jam) untuk pergi ke Universitas Islam Bandung (UNISBA). Iya, aku memutuskan untuk ikut ujian di UNISBA sebagai cadangan seandainya aku gagal masuk UPI. Aku mendengar bahwa Ilmu Komunikasi UNISBA terbilang sangat bagus dan merupakan jurusan terbaik di UNISBA sendiri. Diluar keinginanku untuk menjadi seorang pendidik, aku juga sangat ingin menjadi jurnalis atau presenter.
            Sampai di Taman Sari, kami memutuskan untuk mencari kost untuk 4 hari. Aku cukup bersyukur dapat menemukan kost yang sangat dekat dengan UNISBA dengan cepat. Sebuah kost kusus untuk pria sebenarnya yang terdiri dari 4 lantai dengan desain yang kurang bagus. Tangganya saja sangat kecil dan terlalu jauh dari kata sempurna, bahkan sinyal hp sulit aku dapatkan disana. Di kost tersebut aku dan Ibu menyewa sebuah kamar kecil yang berada dilantai dua, sudah tersedia tempat tidur, bantal dan selimut dengan harga Rp 150.000,00 untuk 4 hari.
            Sekitar jam 8 pagi setelah mandi dan sebagainya, aku, Ibu dan Wawak Hato berjalan menuju Direktorat UNISBA untuk mendaftarkan aku sebagai perserta ujian. Aku mengambil 3 pilihan yaitu Komunikasi, Akuntansi dan Manajemen (lagi-lagi aku memberanikan diri mengambil bidang IPS). Formulirnya seharga Rp 250.000,00 dan biaya psikotes Rp 150.000,00. Setelah mendaftarkan diri, kami langsung mencari tempat ujian. Ujian psikotes berada dilantai 3 sedangkan ujian umum dilantai 4. Kondisi ruangannya sendiri cukup baik meskipun gedung UNISBA terlihat tua jika dilihat dari luar.
            Pengalaman yang lucu disana adalah ketika kami akan kembali ke kost yang telah kami sewa. Aku, Ibu maupun Wawak Hato bingung mencari jalan dan letak kost yang telah kami sewa tersebut. Kami berjalan dan berkeliling tanpa tahu arah. Konyol (>.<) kami sama sekali tidak tahu nama kostannya, bagaimana cara kami menemukannya? Hal itu membuat kami membutuhkan waktu selama 30 menit untuk menemukannya, hahaha :D Sekitar pukul 10 pagi Wawak Hato izin untuk pulang sendirian ke Cirebon karena tugasnya hanya mengantar sampai UNISBA saja. Sorenya, aku dan Ibu ngabuburit sampai ke Balubur Toserba (Baltos) yang letaknya persis didepan Direktorat Institut Teknologi Bandung (ITB). Aku baru tahu ternyata sangat banyak makanan yang enak ditawarkan dengan harga rata-rata Rp 5.000,00 perporsinya. Aku membeli batagor, tutut dan mie dingin. Luar biasa, makanan terasa sangat enak saat itu meskipun hatiku sedikit takut.
19 Juli 2013
            Sahur pertama di kost sewaan dengan hidangan nasi, mie dan bakso ikan. Aku menggunakan kesempatan ini untuk belajar dan tidur siang mengingat perjalanan kemarim membuatku sedikit lelah. Sorenya, aku dan Ibu kembali ngabuburit. Kali ini aku membeli risol, empek-empek dan jasuke yang harganya sama semua Rp 5.000,00 hahaha :D Minumnya, aku pilih mizone blewah untuk penambah energi :p
20 Juli 2013
            Sahur kedua di kost sewaan dengan hidangan nasi, hati-ampela goreng, bakso ikan dan balado telur. Jam 7 pagi aku pergi ke UNISBA diantar Ibu untuk ujian pertama. Ujian psikotes ada di ruang 304B yang berada dilantai 3, saat itu no ujianku sangat cantik yaitu 3131347. Aku hanya berharap hasilnya juga akan secantik no ujianku. Psikotes berlangsung lama, dari jam 8 pagi sampai jam 12:30 siang. Semua soal dijawab olehku dengan baik kecuali soal tentang balok yang diputar balik untuk menguji daya imajinasi gerak. Ibu menungguku didepan gedung, aku cukup terkejut karena Ibu sudah bersama Ibu-ibu lainnya. Salah satu dari mereka berkata bahwa anaknya gagal masuk ujian UNISBA di gelombang 1 dan 2 untuk masuk Komunikasi, padahal anaknya mengambil IPS ketika SMA. Lalu, bagaimana denganku yang ikut ujian gelombang 3 (gelombang terakhir) dengan pilihan komunikasi juga?
21 Juli 2013
            Sahur ketiga di kost, kali ini dengan lauk mie, bakso ikan dan hati-ampela goreng. Ibu tetap mengantarku untuk ujian hari kedua. Aku sempat bingung karena ternyata ruangannya dipindah. Ujian dimulai pukul 8 sampai pukul 12 siang. Setiap anak mendapat soal yang berbeda tergantung jurusan yang dipilihnya. Aku mendapat soal yang berisi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, Bahasa Inggris dan IPS. Aku cukup terkejut ketika teman sebelah kananku mendapat soal penuh yang berisi soal mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, Bahasa Inggris, IPS, IPA dan Kedokteran karena dia mengambil IPC dengan salah satu pilihan Kedokteran. Astaga! Terlalu ambisius.
            Aku mengerjakan soal dengan tenang. Semua soal dapat aku kerjakan dengan baik, umumnya soal  IPS sudah aku pelajari dari buku SBMPTN. Aku berhasil menyelesaikan semua soal selama satu jam. Aku memutuskan untuk kembali mengoreksi sebanyak 2 kali sampai jam menunjukkan tepat pukul 9:30 pagi. Karena merasa sangat puas, aku menyerahkan soal yang telah aku kerjakan ke meja pengawas yang berada didepan. Saat itu pengawas berkata “Sudah selesai? Mau diperiksa kembali atau tidak? Masih banyak waktu sampai jam 12 siang” dan saat itu aku berkata dengan penuh percaya diri “Terimakasih, Pak. Insya Allah saya sudah yakin akan jawaban saya 98 %. Assalamu'alaikum” Aku mencium tangan Dosen tersebut sebelum meninggalkan ruang ujian, sekilas aku melihat Dosen itu mengambil soal yang telah aku kerjakan dan memeriksanya langsung (sepertinya dikoreksi, benar atau tidaknya hanya Allah yang tau hehe).
            Siangnya aku dan Ibu jalan-jalan kearah yang berbeda. Ternyata Universitas Pasundan (UNPAS) ada didekat UNISBA. Kampusnya memang terlihat lebih bagus dari UNISBA. Jam 1 siang aku dan Ibu pergi naik angkot biru untuk turun didepan Baltos dan lanjut naik angkot jurusan ledeng menuju Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Uum temanku ketika SMA yang kebetulan kuliah di UPI telah menungguku digerbang dua UPI. Aku sengaja meminta tolong untuk menginap di kostan Uum yang berada di Cilimus selama aku ujian di UPI. Setelah bertemu dengan Uum, Ibu pulang ke Cirebon sendiri. Kosan Uum sendiri terbilang jauh saat itu, aku cukup bingung menghafal jalannya. Disana, sudah ada Dewi (saudara Uum) yang juga peserta UM-UPI. Aku bersyukur karena aku dan Dewi cepat akrab satu sama lain. Hari itu, aku buka puasa di Limamu, food court yang berada di Geger Kalong (Gerlong) bersama Uum dan Dewi.

Bersambung....  

2013 #1

            Setelah memutuskan untuk mengundurkan diri dari “Kampus Tunas” hidupku bagai terjatuh ke lubang hitam. Sendiri. Hampa. Takut. Marah. Air mata terus mengalir tanpa henti. “Dukungan” adalah satu hal yang sangat aku butuhkan, tapi saat itu aku sadar bahwa ketika kita jatuh semua orang akan menjauh dengan sendirinya. Jika sudah begitu maka siapa yang paling peduli? Hanya ada dua, yaitu Allah swt dan diriku sendiri…
            Tahun 2013 mungkin menjadi tahun terburuk bagi diriku, tapi pada tahun itulah aku banyak belajar untuk menjadi lebih dewasa dan bijaksana dalam menentukan pilihan. Cerita tentang perjuangan dan pengorbananku ini, aku persembahkan untuk kalian para “GENERASI MUDA INDONESIA"
Berjuang dan berkorbanlah untuk mimpimu, sesulit apapun itu!
Karena masa depan ada ditanganmu
Karena akan selalu ada jalan jika kita mau untuk memperjuangkannya
“NIAT – USAHA – SENYUM – SEMANGAT – DISIPLIN - BERDOA – TAWAKAL” 
***
            Aku kembali menginjakkan kaki di Kota kelahiranku pada tanggal 23 Februari 2013. Dua minggu setelah hari itu, aku hanya berdiam diri memikirkan apa yang harus aku lakukan. Kembali atau berjuang? tersesat atau mencari jalan? pasrah atau berkorban? Lama, sampai hatiku memutuskan untuk kembali berjuang, mencari jalan meski harus berkorban. Aku percaya bahwa selama masih ada kesempatan, proses sesulit apapun itu asalkan dilakukan dengan segenap hati dan semaksimal yang kita bisa, pasti akan membuahkan hikmah, apapun hasilnya bukanlah sebuah tujuan akhir.
Hal pertama yang aku lakukan adalah pergi ke Gramedia yang berada di Grage Mall, Cirebon. Aku membeli satu buku SBMPTN IPC untuk kembali berjuang merebut satu kursi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang ada di Indonesia. Semangatku saat itu sangat besar. Setiap hari waktuku habis untuk mempelajari materi dan soal latihan dibuku tersebut. Aku membuka kembali semua catatan dibuku-buku SMAku. Aku mencoba mempelajari materi IPS secara perlahan. Meski terlihat sangat sulit, aku mencoba membuat beberapa metode dan cara menghafal yang akurat, aku menulis catatan kecil dengan berbagai warna agar aku mudah mengingat, bahkan aku sampai mencoba sistem penghafalan cinta.
Sistem Penghafalan Cinta - Matematika
Selain belajar aku juga menghabiskan waktu untuk bersosial media dan mencari informasi apapun mengenai ujian masuk PTN. Bersosial media memang satu-satunya pelepas jenuhku saat itu. Tapi ternyata, apa yang aku lakukan dengan update-an di sosial media tersebut justru memberikan dampak yang cukup menyebalkan. Sosial media sebagai ajang yang tepat untuk berkomentar bagi siapapun itu benar-benar sukses memberikan banyak hinaan untukku. Meskipun begitu, hal yang aku syukuri adalah ternyata aku bisa tahu siapa temanku yang sebenarnya dari komentar-komentar yang ada di sosial media tersebut.
“Kamu keluar? Kenapa? Harusnya kamu bersyukur”
“Kalau kamu keluar PTN kamu nggak akan masuk PTN lagi, mau ke swasta?”
“Ya ampun, aku tau kamu pinter tapi kan nggak usah gengsi juga dapet D3”
“Masih pengen ambil kependidikan? Gaji guru kan kecil, gedean gaji Ahli Gizi kali, Tan”
“Kasian orang tua kamu, Tan. Biaya kuliah kan mahal”
“Ya tinggal sabar aja jeh, dijalanin yang semangat.”
“Masih untung kemarin kamu masuk PTN nggak tes. Ira tau nggak, kita aja udah harus belajar untuk ujian eh masuknya ke swasta jeh bukan negeri”
“Susah go masuk PTN kuh! Ira tuh pikirannya kemana?”
“Dih ari Intan kuh yo ana-ana bae pegaweane”
“……” blablabla… dan lain-lain… dan sebagainya…
Respon untuk semua komentar dariku
            Tentu saja komentar-komentar itu membuat aku semakin tertekan. Aku mulai kehilangan rasa percaya diriku, terlebih dengan mata pelajaran Fisika dan Biologi yang masih saja membuat aku merasa bodoh :’( "Jika sudah mendapat tekanan seperti itu, maka kemana kamu akan pergi?" Aku pergi ke pacar saat itu, tapi apa yang aku dapat? Dia sibuk dengan kuliah dan organisasi BEMnya. Aku pergi ke sahabat setelah itu, apa yang aku dapat? Mereka peduli tapi hanya sesaat. Aku marah! Aku kecewa! Mulai saat itu aku mulai menutup diriku untuk orang lain. Emosi dan ambisiku entah kenapa membuatku memilih untuk menjauhi mereka.
            Sikapku mulai aneh. Aku mulai menonaktifkan semua akun sosial mediaku. Aku bahkan sampai mengganti nomor hpku. Aku membuka internet hanya untuk mencari dan mencatat semua ujian PTN tanpa menyentuh sosial media apapun. Aku menjadikan malam seperti siang dan menjadikan siang seperti malam. Saat itu, bagiku udara malam Kota Cirebon terbilang sejuk, suasananyapun tenang sehingga aku bisa lebih fokus untuk belajar. Sedangkan ketika siang aku menghabiskan waktu untuk tidur, menghindar dari keramaian seolah aku telah mati tanpa kabar.
Update-an terakhir sebelum menonaktifkan akun
            Bulan silih berganti, semua soal yang ada dibuku SBMPTN IPC sudah berhasil aku kerjakan seluruhnya sesuai target. Ambisiku semakin menjadi-jadi. Ketika pembukaan pendaftaran peserta SBMPTN 2013, aku memilih PTN bergengsi dengan jurusan bergengsi tanpa pikir panjang. Ambisi dan emosi membuatku selalu berfikir untuk bisa membuktikan bahwa aku bisa merebut satu kursi PTN lagi dengan lebih baik.
Belajar terakhir sebelum SBMPTN 2013
Kartu ujian SBMPTN 2013
16 Juni 2013
            Jam 22:30 WIB aku bersama Ibu, Om Ruton, Dilla dan Ibnu menuju stasiun Parujakan untuk pergi ke Yogyakarta. Kami pergi menggunakan kereta Progo dan sampai di stasiun Lempuyangan pukul 06:30 WIB.
Ibu, Om Ruton, Dilla dan Ibnu
17 Juni 2013
            Aku dan Ibu menginap dirumah Bulik (istri Om Ruton) di Sleman, Yogyakarta. Sorenya, sekitar jam 16:30 WIB aku ingin melihat ruang ujian SBMPTNku di UIN Sunan Kalijaga. Saat itu Ibu juga ingin melihat ruanganku, akhirnya diputuskan aku dan Ibnu terlebih dahulu yang diantar Om Ruton naik motor ke UIN, setelah itu barulah Om Ruton akan menjemput Ibu dan Dilla. Saat tiba di UIN itulah aku melihat ada demo mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga dalam aksi penolakan naiknya harga BBM. Aku membawa Ibnu yang masih kecil untuk menjauh, tapi saat itulah tepat satu meter dari posisi kami berjalan seorang pengendara motor tiba-tiba dihajar massa. Ketakutanku memuncak, semua orang kalang kabut. Polisi sibuk mengamankan dan menenangkan massa. Aku menjauh dengan susah payah untuk menarik Ibnu keluar. Percayalah kondisinya sangat buruk bagiku saat itu :(
UIN Sunan Kalijaga
18 Juni 2013
            Hari pertama SBMPTN 2013. Aku diantar Om Ruton naik motor ke UIN Sunan Kalijaga. No ujianku saat itu 313-46-00562 berada di lantai 4 Fakultas Adab dan Ilmu Budaya ruang R.403FA di jalan Marsda Adisucipto. Aku duduk paling depan, kursi ke dua dari kanan. Ujian pertama adalah Tes Potensi Akademik (TPA), kemudian akan dilanjut ujian Tes Kemampuan Dasar Umum (TKDU) setelah istirahat. Aku berkenalan dengan Iin ketika istirahat, dia asli Yogyakarta. Anaknya cantik dan sedikit pemalu.
19 Juni 2013
            Hari kedua saatnya ujian inti yaitu SAINTEK (IPA) dan SHOSUM (IPS). Karena aku mengambil IPC maka aku harus mengikuti ujian keduanya. Aku cukup puas dalam ujian SHOSUM dan tidak cukup percaya diri dalam ujian SAINTEK untuk Fisika dan Biologi. Pulangnya aku diantar Om Ruton ke Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) untuk mengetahui lokasi Ujian Keterampilan. Ternyata untuk Seni Tari ada 3 tahap ujian yaitu keterampilan, bentuk dan wawancara. No ujian keterampilanku saat itu 462331 mendapat urutan ke 82.
20 Juni 2013
            Jam 06:30 WIB aku sudah ada ditempat Ujian Keterampilan yang berada di UNY. Aku berkenalan dengan Sekar asal Magelang dan Winda asal Palembang. So, here I am…
1.    Ujian Kreatifitas Tari (sekali masuk 3 orang)
a.    Ujian mimik muka 
Senyum tanpa gigi selama 1 menit.
b.    Ujian dasar tari 
Awalnya cuma ngikutin ketukan untuk gerakan dasar keluwesan tangan. Setelah itu ada kakak  tingkat yang nari dengan ketukan 2x8 yang harus diikutin sama persis setelahnya. Tau apa susahnya? Itu tarian khas Jawa yang lemah gemulai over dosis sampai mungkin bisa bikin tulang mendadak lentur kayak permen karet (>.<)
c.    Ujian tanggap musik
Ada beberapa musik yang sengaja diMIX, tugas kita sebagai peserta ujian cuma harus nari sesuai musik yang mengalun tanpa banyak pikir panjang. Itu ya Allah kurang ajar banget (-_-) Perubahan tempo yang dimainkan benar-benar keterlaluan.
2.    Ujian Bentuk Tari
Aku membawakan sebuah Tari Kreasi yaitu Tari Anjun untuk ditampilkan didepan depan juri saat itu.
3.    Wawancara
     Hanya beberapa pertanyaan dasar mengapa mengambil Seni Tari.
21 Juni 2013
            Karena semua ujian SBMPTN telah usai, aku memutuskan untuk ikut Om Ruton ke tempat kerjanya yang ada di Bantul. Pulangnya aku minta untuk mampir terlebih dahulu ke Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Ternyata ISI itu keren banget meskipun tempatnya agak jauh dari Sleman. Ah, aku selalu suka seni, terlebih Seni Tari. Bagiku, anak seni itu meski gayanya ambrul adul, tetep aja keren. Dimataku anak seni itu romantis, fantasis, dan inovatif :*
22 Juni 2013
            Bulik membawakan makanan tradisional dari pasar. Ada nasi jagung yang rasanya sedikit aneh, ada lupis yang kenyal dengan sentuhan kelapa dan gula merah, ada tiwul yang dibuat dari singkong yang dihaluskan dengan sentuhan kelapa dan gula merah juga. Sekitar jam 14:30 WIB aku dan Ibu pergi ke stasiun Lempuyangan untuk pulang ke Cirebon. Naik kereta Progo lagi dengan jam keberangkatan 15:30 WIB dan sampai di stasiun Parujakan tepat pada pukul 21:00 WIB.
8 Juli 2013
            Pengumuman SBMPTN 2013 tepat pada pukul 17:00 WIB. Hasilnya? Alhamdulillah yaa.. Ternyata aku GAGAL masuk PTN dijalur SBMPTN 2013. Rasanya? Kacau, antara kesel, pengen marah, takut, iri, pengen teriak, pengen nangis, pokoke campur aduk!! Kalau bisa diumpamakan kondisiku saat itu “lebih baik mati” aja :’( 

Bersambung............